PENDAHULUAN
Pencernaan
adalah proses perubahan berbagai senyawa kompleks (misalnya polisakarida, protein, lemak) menjadi senyawa
yang lebih sederhana sehingga mudah
diserap oleh dinding usus halus dan kemudian sari-sarinya akan diedarkan ke
seluruh tubuh. Karbohidrat adalah polihidroksi-aldehid
atau polihidroksi keton yang memiliki rumus Cn(H2O)m.
Protein adalah senyawa organik yang
molekulnya sangat besar dan susunannya sangat kompleks serta merupakan polimer
dari alfa asam-basa.
Lemak adalah ester antara gliserol dan asam lemak, dimana ketiga radikal
hidroksil dari gliserol semuanya diesterkan. Penentuan glikolisis pada sel ragi
untuk mengetahui apakah masih terdapat mikroba hidup dalam proses anaerob.
Tujuan dari praktikum Biokimia adalah
untuk mengetahui proses pencernaan karbohidrat oleh enzim
ptialin, pencernaan karbohidrat oleh ekstrak pankreas, pencernaan
protein oleh pepsin, pencernaan protein oleh ekstrak pankreas, pencernaan
lemak oleh ekstrak pankreas, dan glikolisis oleh sel
ragi. Manfaat dari praktikum Biokimia adalah
praktikan dapat mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi proses
pencernaan karbohidrat, protein, dan lemak, serta glikolisis oleh sel ragi.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Karbohidrat
2.1.1.
Definisi karbohidrat
Kabohidrat
adalah sumber terbesar kalori makanan untuk sebagian besar populasi didunia. Karbohidrat
utama makanan orang Amerika adalah kanji (suatu polisakarida yang terdiri dari
unit glukosa,
laktosa (suatu disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa), dan sukrosa
(suatu disakarida yang terdiri dari glukosa dan fruktosa (Dawn, 2000). Karbohidrat adalah
polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton, yang mempunyai rumus molekul
umum (CH2O)n yang pertama dikenal sebagai aldosa dan yang
kedua adalah ketosa. Dari rumus umum dapat diketahui bahwa karbohidrat adalah
suatu polimer. Senyawa yang menyusunnya adalah monomer-monomer. Berdasarkan
ukurannya, karbohidrat terdiri dari empat kelas yaitu monosakarida, disakarida,
oligosakarida dan polisakarida (Martoharsono, 2006).
2.1.2. Klasifikasi karbohidrat
Karbohidrat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu : Monosakarida
adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih
sederhana lagi. Bentuk monosakarida dapat dibagi menjadi triosa, tetrosa,
pentosa, heksosa, heptosa, dan oktosa. Disakarida, menghasilkan dua molekul
monosakarida yang sama atau berbeda kalau dihidrolisis, contohnya adalah
maltosa yang menghasilkan dua molekul glukosa, dan sukrosa yang menghasilkan
satu molekul glukosa dan satu molekul
fruktosa. Oligosakarida, menghasilkan dua hingga sepuluh molekul monosakarida
pada hidrolisis, contohnya adalah maltotriosa. Polisakarida,
menghasilkan lebih dari sepuluh molekul monosakarida pada hidrolisis, contohnya
adalah pati dan dekstrin (Murray et al.,
2003). Berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat mempunyai molekul
yang berbeda–beda ukuran, yaitu senyawa yang sederhana yang mempunyai berat
molekul 90 hingga senyawa yang mempunyai berat molekul 500.000 bahkan lebih.
Berbagai senyawa itu terbagi dalam tiga golongan, yaitu monosakarida,
oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang
sederhana. Monosakarida yang paling sederhana ialah glikosakarida dan
dihidrosiaseton. Oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas berbagai
molekul monosakarida. Oligosakarida yang lain adalah trisakarida yaitu terdiri
atas tiga molekul monosakarida. Oligosakarida yang paling banyak terdapat pada
alam adalah disakarida. Polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks
daripada monosakarida dan oligosakarida. Polisakarida yang terdiri satu
monosakarida disebut homopolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain
disebut hetero polisakarida. Beberapa polisakarida yang penting diantaranya
adalah amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa (Poedjiadi, 2006).
2.1.2. Proses pencernaan
karbohidrat
Pencemaan
karbohidrat sudah dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut. Makanan dikunyah
untuk dipecah menjadi bagian-bagian kecil, sehingga jumlah permukaan makanan
lebih luas kontak dengan enzim-enzim pencemaan. Makanan di dalam mulut
bercampur dengan air ludah yang mengandung enzim amilase (ptialin). Enzim
amilase bekerja memecah karbohidrat rantai panjang seperti amilum dan dekstrin,
akan diurai menjadi molekul yang lebih sederhana maltosa (Hawab, 2004). Air ludah
berguna untuk melicinkan makanan agar lebih mudah ditelan. Sebagian kecil
amilum yang dapat dicema di dalam mulut, oleh karena makanan sebentar saja
berada di dalam rongga mulut. Oleh karena itu sebaiknya makanan dikunyah lebih
lama, agar memberi kesempatan lebih banyak pemecahan amilum dirongga mulut.
Dengan proses mekanik, makanan ditelan melalui kerongkongan dan selanjutnya
akan memasuki lambung. Karbohidrat yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan tubuh harus dipecah dahulu menjadi
persenyawaan yang lebih sederhana untuk melewati dinding usus kemudian masuk ke
sirkulasi darah. Di dalam lambung amilase tidak berfungsi selama berada di
dalam lambung karena lambung selalu dalam keadaan asam (Campbell et al., 2002). Proses pencernaan akan berkelanjutan sewaktu makanan melakukan perpindahan dari lambung
menuju ke duodenum. Sekresi pankreas eksokrin mempunyai kandungan ion bikarbonat
yang bisa menetralkan asam (Dawn, 2000). Proses pencernaan karbohidrat terdapat
enzim-enzim yang berperan yaitu enzim amilase saliva (ptialin) yang terdapat di
kelenjar saliva yang berfungsi untuk mengubah zat tepung menjadi maltosa. Enzim
amilase pankreas yang sumber sekresinya berasal dari pankreas yang berfungsi
untuk mengubah zat tepung menjadi disakarida dan maltosa (Sloane, 2004). Enzim
maltase yang sumber sekresinya berasal dari usus halus yang berfungsi untuk
mengubah maltosa menjadi glukosa, enzim sukrose yang sumber sekresinya berasal
dari usus halus berfungsi untuk mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa,
dan enzim galaktase yang sumber sekresinya berasal dari usus halus berfungsi
untuk mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa (Suhardjo et al., 2006).
2.2. Protein
2.2.1. Definisi protein
Protein adalah suatu komponen seluler utama yang menyusun sekitar
setengah dari berat kering sel. Setiap sel mengandung ratusan protein yang
berbeda-beda dan tiap jenis sel mengandung beberapa protein yang khas bagi sel
tersebut (Sumardjo, 2009). Protein tersusun atas asam-asam alfa amino, sehingga
susunan kimianya juga mengandung unsur-unsur seperti yang terdapat dalam
asam-asam amino penyusunya, yaitu :
karbon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen. Molekul
protein terkadang terdapat unsur-unsur belerang, yaitu bila diantara monomernya
terdapat asam amino sistein metoinin.
2.2.2. Klasifikasi protein
Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan larutan,
bentuk, fungsi biologi atau struktur tiga dimensinya. Protein
dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk keseluruhannya. Protein globular mempunyai
rantai polipeptida yang berpilin serta terlipat secara padat dengan rasio
aksial kurang dari 10 serta umumnya tidak lebih dari 3–4. Protein fibrosa
memiliki rasio aksial lebih besar dari 10. Berdasarkan fungsi biologisnya,
protein diklasifikasikan sebagai enzim (dehidrogenase, kinase), protein
penyimpanan (feritin, mioglobin), protein
pengatur (protein pengikat–DNA, hormon peptida), protein struktural (kolagen, proteoglikan),
protein pelindung (faktor pembekuan darah, imunoglobin), protein pengangkut (hemoglobin,
lipoprotein plasma), dan protein trakti/motil (aktin, tubulin) (Murray et al., 2007). Ditinjau dari struktur
protein dapat dibagi dua golongan besar, yaitu golongan protein sederhana dan
protein gabungan. Protein sederhana adalah protein yang hanya terdiri atas
molekul–molekul asam amino, sedangkan protein gabungan adalah protein yang
terdiri atas protein dan gugus bukan protein. Protein sederhana dapat dibagi
menjadi dua bagian menurut bentuk molekulernya, yaitu protein fiber dan protein
globular. Protein fiber mempunyai bentuk molekul panjang seperti setat atau
serabut, sedangkan protein globular berbentuk bulat (
Poedjiadi, 2006).
2.2.3. Proses pencernaan protein
Pencernaan
atau hidrolisis protein dimulai didalam lambung, pepsinogen disekresikan oleh chief cell lambung. Sel parietal
mensekresikan HCl dan Asam
klorida lambung mengubah konformasi pepsinogen sehingga enzim ini dapat
melakukan pemusatan atas dirinya sendiri dan menghasilkan protease pepsin yang
aktif, pengaktifan pepsinogen bersifat autokatalitik (Iswari, 2006). Protein
makanan mengalami denaturasi (terbukanya gelembung protein) oleh asam lambung,
sehingga enzim pencernaan dapat memecah ikatan peptida. HCl mengubah enzim
pepsinogen tidak aktif menjadi bentuk aktif pepsin, namun pada pH rendah ini
pepsin tidak mengalami denaturasi dan bekerja sebagai endopeptidase yang
memutuskan ikatan peptida di berbagai titik di dalam rantai protein. Makanan
hanya sebentar tinggal di dalam lambung, pencernaan protein hanya terjadi
sehingga dibentuknya campuran polipeptida, protease dan pepton. Pepsin memiliki
spesifitas yang cukup lebar, enzim ini cenderung memutuskan ikatan peptida di
tempat gugus karboksil dibentuk oleh asam amino aromatik atau asam, dihasilkan
peptida yang lebih kecil dan asam amino bebas (Yazid, 2006). Dalam pencernaan
protein terdapat enzim-enzim yang berperan yaitu enzim pepsin yang sumber
sekresinya berasal dari lambung (pepsinogen di aktivasi oleh HCl lambung)
berfungsi untuk mengubah protein menjadi polipeptida, enzim tripsin yang sumber
sekresinya berasal dari pankreas (tripsinogen diaktivasi oleh enterokinase) yang berfungsi
untuk mengubah protein dan peptide menjadi peptida yang lebih kecil, enzim kimotripsin
yang sumber sekresinya berasal dari pankreas (kimotripsinogen diaktivasi oleh
tripsin) yang berfungsi untuk mengubah protein dan peptida menjadi peptida yang
lebih kecil dan enzim peptidase yang sumber sekresinya dari usus halus
berfungsi untuk mengubah dipetida menjadi asam amino (Sloane, 2004). Pencernaan protein hampir sepenuhnya
tergantung pada enzim-enzim proteolitik yang dihasilkan di pankreas dan dikirim
ke duodenum melalui saluran pankreas. Tripsin dan Kimotripsin dibentuk sebagai
zimogen-zimogen tidak aktif (tripsinogen dan kimotripsinogen), yang diaktivasi
melalui pemotongan sedikit bagian peptida tersebut (Fried et al., 2005).
2.3. Lemak
2.3.1. Definisi lemak
Lemak adalah unsur makanan penting tidak hanya karena
nilai energinya yang tinggi tetapi juga karena vitamin yang larut dalam lemak
dan asam lemak esensial yang dikandung dalam lemak makanan alam (Almatsier,
2003). Lemak dihubungkan satu sama lain berdasarkan kemiripan sifat fisisnya
namun hubungan kimia fungsional dan struktural maupun fungsi biologis mereka
sangat berdekatan. Lemak merupakan komponen
jaringan yang homogen dan penggolongannya didasarkan atas kelarutannya dalam
pelarut lemak. Komponen–komponen penyusun lemak dapat difraksionasi lebih
lanjut dengan menggunakan perbedaan kelarutan di dalam berbagai pelarut organik
(Iswari, 2006).
2.3.2. Klasifikasi lemak
Lemak
netral, trigliserida, dan triasil gliserol yang diperoleh dari hewani tingkat
tinggi di sebut lemah hewani, sedangkan lemak yang diperoleh dari tanaman
disebut lemak nabati. Sebagian besar lemak hewani merupakan zat padat karena
unit penyusunnya berupa asam lemak jenuh rantai panjang. Lemak nabati merupakan
zat cair, karena pada umumnya mengandung satu atau lebih asam lemak tak jenuh
sebagai unit penyusunnya (Poedjiadi, 2006).
2.3.3. Proses pencernaan lemak
Pencernaan lemak merupakan hidrolisis menjadi asam
menjadi asam lemak dan 2-monoasilgliserol di dalam lumen usus, namun rute
pencernaannya sedikit banyak bergantung pada panjang rantai asam lemak. Lipase
dari lidah dan lambung masing–masing dihasilkan oleh sel–sel yang terletak di
bagian belakang lidah dan lambung (Dawn, 2000). Pencernaan lemak dilakukan dalam usus oleh reaksi
enzim–enzim hidrolisis yang disebut lipase dan fosfolipase yang bekerja pada
triasilgliserol dan fosfolipid dari makanan dan lipid dengan pencernaan
fosfolipid tergantung pada sekresi dari pankreas dan sekresi empedu pada
kantong empedu. Sekresi pankreas akan menghasilkan enzim sedangkan empedu
akan menghasilkan garam empedu (Ngili, 2009). Enzim yang berperan dalam proses
pencernaan lemak yaitu lipase pankreas yang sumber sekresinya berasal dari
pankreas (dengan garam empedu) berfungsi untuk mengubah trigliserida menjadi
monosakarida dan asam lemak (Sloane, 2004). Enzim lipase usus yang sumber
sekresinya berasal dari usus halus (dengan garam empedu) berfungsi untuk
mengubah monosakarida menjadi asam lemak dan gliserol. Enzim-enzim ini harus
bekerja pada daerah batas antara air dan lemak (Fried et al., 2005)
2.4. Glikolisis
2.4.1. Definisi
Glikolisis
Glikolisis merupakan suatu proses yang menyebabkan
terjadinya konversi suatu molekul glukosa menjadi dua molekul piruvat (Ngili,
2009). Glikolisis terjadi di sitoplasma dan tiap tahapnya memerlukan enzim
sebagai katalisator. Glikolisis membutuhkan ARP dan
menghasilkan ATP yang lebih banyak dari yang digunakan. Glikolisis glikogen
atau glukosa menjadi asam piruvat tidak membutuhkan oksigen disebut glikolisis
anaerobik (Sumardjo, 2009).
2.4.2. Proses Glikolisis
Glikolisis
merupakan suatu proses yang umum terjadi. Gula glukosa berkarbon enam diubah
secara anaerob melalui serangkaian tahap yang dikatalis secara enzimatik di
dalam sitosol, yaitu bagian cair di dalam sitoplasma. Glukosa tersebut diubah
menjadi dua molekul piruvat berkarbon tiga. Dua molekul ATP digunakan pada awal
proses glikolisis, tetapi nantinya akan dihasilkan empat molekul ATP pada tahap
fosforilasitingkat substrat. Setiap molekul glukosa dihasilkan netto dua
molekul ATP (Fried et al., 2005).
Lintasan glikolisis merupalan lintasan yang unik karena dapat menggunakan
oksigen bila memang tersedia melalui rantai respirasi di dalam mitokondria
(aerob), atau bisa pula bekerja dalam keadaan sama sekali tanpa oksigen
(anaerob) (Murray et al., 2003).
MATERI DAN METODE
Praktikum
Biokimia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Mei 2013 pukul 07.00–09.00 WIB di Laboratorium Ilmu Nutrisi
dan Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
3.1.1. Pencernaan karbohidrat
Praktikum Biokimia
dengan materi karbohidrat, protein, lemak dan glikolisis oleh sel ragi, alat
yang digunakan adalah tabung reaksi, pipet filler, corong, kertas saring, erlenmeyer,
cawan porslen, waterbath, botol,
nampan, pipet ukur, gelas beker, rak tabung, label, tisu, stopwatch/jam, alat
tulis, cawan petri, pipet ukur 1 ml, pipet ukur 2 ml, botol plastik, spatula,
kompor listrik, panci, spuit, dan leher angsa. Bahan yang digunakan dalam
praktikum pencernaan karbohidrat,
pencernaan protein, pencernaan lemak dan glikolisis oleh sel ragi adalah amilum,
air, NaCl, saliva, ekstrak pankreas, HCl 0,1 N, NaOH 0,1 N, larutan lugol, PTR
(putih telur rebus), pepsin, pepsin panas, air, HCl 45 %, ekstrak pankreas, dan
ekstrak pankreas panas.
3.2. Metode
3.2.1.1.Pencernaan
karbohidrat oleh enzim ptialin, menyiapkan 3 tabung reaksi dalam rak tabung reaksi,
memberi label pada masing-masing tabung reaksi dengan nomor untuk memudahkan
dalam membedakan sampel. Memasukkan 5 ml amilum pada setiap tabung reaksi menggunakan pipet filler
dan pipet ukur. Menambahkan air sebanyak 1 ml pada tabung 1, menambahkan NaCl
sebanyak 1 ml pada tabung 2, dan menambahkan saliva hasil kumur sebanyak 1 ml
pada tabung 3.
3.2.1.2.Pencernaan karbohidrat oleh
ekstrak pankreas, menyiapkan 3 tabung reaksi dalam rak tabung, memberi label pada masing-masing tabung reaksi dengan
nomor untuk memudahkan dalam membedakan sampel. Memasukkan 5 ml amilum dengan menambahkan
2 ml ekstrak pankreas dan 1 ml air pada tabung 4, menambahkan 1 ml HCl 0,1 N
pada tabung 5, dan menambahkan 1
ml NaOH 0,1 pada tabung 6. Menutup mulut tabung reaksi dengan ibu jari dan
menggojok satu demi satu tabung reaksi dengan arah angka 8. Menginkubasikan
keenam tabung pada waterbath dengan
suhu 37 0C selama 1 jam. Melakukan pengamatan pada setiap
tabung reaksi setiap 15 menit sekali dengan mengambil sampel 2 tetes pada
setiap tabung reaksi dan meletakkan di cawan porslen. Menambahkan 2 tetes lugol ke dalam cawan
porslen dan mengaduk menggunakan pengaduk. Mengamati dan mencatat hasil
perubahan yang terjadi pada sampel setelah ditetesi lugol. Mengulangi mengambil larutan
yang disesuaikan setelah 30 menit, 45 menit, dan 60 menit.
3.2.2. Pencernaan
protein
3.2.2.1.Pencernaan protein oleh pepsin, menyiapkan 3 tabung reaksi dan memberi label pada masing-masing tabung
reaksi untuk memudahkan dalam pengamatan. Merebus putih telur hingga setengah matang. Memasukkan putih telur
ukuran kecil dengan menambahkan 2 ml pepsin dan 1 ml air pada tabung A,
menambahkan 1 ml HCl 0,45 % pada tabung B, dan menambahkan enzim panas dan 1 ml
HCl 0,45 % pada tabung C.
3.2.2.2.Pencernaan protein oleh ekstrak
pankreas, menyiapkan 3 tabung reaksi dan memberi label pada masing-masing tabung reaksi untuk memudahkan
dalam pengamatan. Memasukkan putih telur ukuran kecil dengan menambahkan 2 ml
ekstrak pankreas dan 1 ml air pada tabung D, menambahkan 1 ml NaOH 0,1 N pada
tabung E, menambahkan 2 ml ekstrak pankreas panas dan 1 ml NaOH 0,1 N pada
tabung F. Kemudian menutup mulut tabung reaksi dengan ibu jari dan menggojog
setiap tabung reaksi dengan arah angka 8. Memasukkan keenam tabung reaksi
tersebut ke dalam waterbath dan di
inkubasi selama 30 menit pada suhu 37 0C. Mengamati perubahan yang terjadi dan
mencatat pada lembar pengamatan.
2.2.3. Pencernaan lemak
3.2.3.1.Pencernaan lemak oleh ekstrak pankreas, menyiapkan tiga
buah tabung reaksi dan memberi label
pada setiap tabung reaksi untuk memudahkan dalam pengamatan. Memasukkan
2 ml minyak goreng dan 1 ml air ke dalam tabung A. Memasukkan 2 ml minyak
goreng dan 1 ml ekstrak pankreas ke dalam tabung B. Memasukkan 2 ml minyak
goreng, 1 ml ekstrak pankreas dan 3 tetes empedu ke dalam tabung C. Menutup
mulut tabung reaksi dengan ibu jari dan menggojog setiap tabung reaksi dengan
arah angka 8. Memasukkan tabung yang berisi reagen pada waterbath selama 30 menit pada suhu 37 0C. Kemudian
memasukkan PP 1 % sebanyak 5 tetes pada setiap tabung reaksi. Memasukkan satu
tetes NaOH 0,1 N pada tabung A dan menggojog hingga berwarna merah muda sebagai
indikator untuk tabung B dan C. Menambahkan larutan NaOH 0,1 N pada tabung B
danC hingga berwarna merah muda seperti pada tabung A. Mencacat hasil pada
tabel pengamatan.
3.2.4. Glikolisis oleh sel ragi
Menyiapkan
3 buah tabung reaksi dan memberi label pada setiap tabung reaksi. Memasukkan 10 ml glukosa dan 10 ml ragi ke dalam
tabung leher angsa no 1. Kemudian menggojognya dan menutup dengan plastik serta
mengikatnya dengan karet. Memasukkan 10 ml air dan 10 ml ragi ke dalam tabung
leher angsa 2, kemudian menggojog dan menutup dengan plastik serta mengikatnya
dengan karet. Memasukkan 10 ml glukosa dan 10 ml ragi panas kedalam tabung
leher angsa 3, kemudian menggojog dan menutup dengan plastik serta mengikatnya
dengan karet. Mendiamkan selama 30 menit kemudian mengamati perubahan yang terjadi
dan menulisnya dalam lembar pengamatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pencernaan karbohidrat
4.1.1. Pencernaan karbohidrat oleh enzim ptialin
Berdasarkan
hasil praktikum Biokimia dengan materi pencernaan
karbohidrat oleh enzim ptialin diperoleh data sebagai berikut :
Tabel
1. Pencernaan karbohidrat oleh enzim ptialin
Tabung
Reaksi
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi
|
|||
15’
|
30’
|
45’
|
60’
|
||
1
|
5 mL amilum + 1 mL air
|
Biru
(Negatif)
|
Biru
(Negatif)
|
Biru
(Negatif)
|
Biru
(Negatif)
|
2
|
5mL amilum + 1 mL NaCl
|
Biru
(Negatif)
|
Biru
(Negatif)
|
Biru
(Negatif)
|
Biru
(Negatif)
|
3
|
5
mL amilum + 1 mL Saliva
|
Kuning
(Positif)
|
Kuning
(Positif)
|
Kuning
(Positif)
|
Kuning
(Positif)
|
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Berdasarkan hasil praktikum
tabung pertama yang berisi amilum dan air menghasilkan warna biru yang berarti
negatif karena air
tidak mengandung enzim yang dapat melarutkan amilum. Hal ini sesuai dengan
pendapat Iswari (2006) yang menyatakan bahwa amilum dengan air
akan membentuk suspense dan apabila dipanaskan akan terbentuk koloid yang
kental seperti gel. Suspensi amilum akan memberikan warna biru dengan
larutan iodium. Hal ini dapat digunakan untuk mengidentifikasikan adanya amilum
dalam suatu bahan. Poedjiadi (2006) menambahkan bahwa enzim amilase
mengubah polisakarida yang berukuran besar (pati) menjadi polisakarida yang berukuran
kecil yang disebut dekstrin.
Tabung kedua
mengahsilkan warna biru yang berarti negatif karena NaCl tidak mengandung enzim
yang dapat melarutkan amilum. Hal ini
sesuai dengan pendapat Estien dan Lisda (2006) yang menyatakan bahwa amilum
akan memberikan warna biru dengan larutan iodium dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan adanya amilum dalam suatu bahan. James et al., (2008)
menambahkan bahwa monosakarida mereduksi larutan reagen yang berwarna biru
menjadi merah bata, tes ini digunakan oleh ahli biologi di laboratorium untuk
mengidentifikasi gula pereduksi.
Tabung ketiga berwarna
kuning yang berarti positif karena didalam saliva terdapat enzim ptialin yang dapat mencerna amilum. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa amilum di dalam
rongga mulut dicerna oleh enzim ptialin yang terdapat pada air liur (saliva)
sehingga terjadi pencernaan enzimatis dalam keadaan asam pada rongga mulut. Perubahan
warna terbentuk kuning terjadi karena kerusakan enzim amilase yang disebabkan
oleh pH yang rendah dan suhu yang tinggi. Hal ini
sesuai dengan
pendapat Martoharsono (2006) yang menyatakan bahwa
sebagian besar molekul protein menampakan aktivitas pada kisaran pH dan suhu tertentu.
4.1.2. Pencernaan
karbohidrat oleh kstrak Pankreas (EP)
Berdasarkan
hasil praktikum Biokimia dengan materi pencernaan karbohidrat oleh Ekstrak Pankreas
(EP) diperoleh data sebagai berikut :
Tabel
2. Pencernaan Karbohidrat oleh
Ekstrak Pankreas (EP)
Tabung
Reaksi
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi
|
|||
15’
|
30;
|
45’
|
60’
|
||
4
|
5
mL amilum + 2 mL EP + 1 mL air
|
Kuning
(Positif)
|
Kuning
(Positif)
|
Kuning
(Positif)
|
Kuning
(Positif)
|
5
|
5mL amilum + 2 mL EP + 1 mL HCl 0,1 N
|
Hitam
(Negatif)
|
Hitam
(Negatif)
|
Hitam
(Negatif)
|
Ungu
(Positif)
|
6
|
5
mL amilum + 2 mL EP + 1 mL NaOH 0,1 N
|
Ungu
(Positif)
|
Ungu
(Positif)
|
Ungu (Positif)
|
Ungu
(Positif)
|
Sumber
: Data Primer
Praktikum Biokimia, 2013.
Tabung
keempat menghasilkan warna kuning yang berarti positif, hal ini terjadi karena
ekstrak pankreas menghasilkan pankreas amilase. Hal ini sesuai dengan pendapat
James et al., (2008) yang mengatakan
bahwa pencernaan karbohidrat di dalam saluran pencernaan dibantu oleh enzim amilase
yang dihasilkan oleh kelenjar liur, yang akan memecah monosakarida menjadi
disakarida yang mengandung unit glukosil yang dihubungkan dengan ikatan
maltose, isomaltosa, dan oligosakarida.
Tabung
kelima menghasilkan reaksi positif yang di mulai dengan warna hitam menjadi
ungu karena kerja EP terhambat oleh HCl sehingga membutuhkan waktu yang lama
untuk mendegradasi amilum. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2009) yang mengatakan bahwa makanan dalam
mulut dihentikan dengan adanya asam klorida (HCl) yang disekresikan oleh
sel-sel parental. Jadi, polisakarida, oligosakarida, dan disakarida didalam
lambung tidak mengalami perubahan atau proses pencernaan. Di dalam usus
proses pencernaan pati akan dilanjutkan oleh getah pankreas dan getah usus yang
mengandung enzim-enzim amilase yang tidak dapat menghidrolisis pati atau
dekstrin atau maltosa menjadi glukosa.
Tabung keenam berwarna ungu yang berarti positif
karena mengandung amilo desktrin dan larutan NaOH bersifat basa yang sesuai
dengan suasana di usus sehingga dapat melarutkan karbohidrat yang menghasilkan
amilum. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2009) yang menyatakan bahwa di dalam
usus proses pencernaan pati akan dilanjutkan oleh getah pankreas dan getah usus
yang mengandung enzim-enzim amilase yang tidak dapat menghidrolisis pati atau
dekstrin atau maltosa menjadi glukosa. Poedjiadji (2007) menambahkan bahwa pencernaan
karbohidrat terjadi di dalam usus halus menghasilkan cairan pankreas yang
mengandung enzim-enzim pencernaan yaitu tripsinogen, amilase, dan lipase.
4.2. Pencernaan protein
4.2.1. Pencernaan protein
oleh pepsin
Berdasarkan hasil praktikum Biokimia
dengan materi pencernaan protein oleh
pepsin diperoleh data sebagai berikut :
Tabel
3. Pencernaan Protein oleh Pepsin
Tabung
Reaksi
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi selama
30 menit
|
D
|
PTR + 2 mL pepsin + 1 ml air
|
(Negatif)
|
E
|
PTR + 2 mL pepsin + 1 ml HCl
0,45 %
|
(Positif)
|
F
|
PTR + 2 mL pepsin panas + 1 ml HCl 0,45 %
|
(Negatif)
|
Sumber : Data Primer
Praktikum
Biokimia, 2013.
Reaksi yang bersifat positif terjadi pada tabung E, karena
pada tabung reaksi E terdapat putih telur rebus yang bereaksi dengan pepsin dan
HCl 0,45 %, sehingga suasana asam sesuai dengan lambung yaitu bersifat asam.
Sedangakan pada tabung D terjadi reaksi negatif, karena dicampur dengan air
sehingga suasananya netral dan pepsin tidak dapat bekerja, sedangkan pada
tabung F enzim pepsin yang dipanaskan mengakibatkan enzim itu rusak dan tidak dapat
bereaksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Nursanyoto (2002) yang menyatakan bahwa protein akan dapat dicerna pada saat enzim
pepsin bekerja pada suasana asam
karena pepsin tidak bekerja pada suhu netral. Poedjiadi dan Supriyanti (2006) menambahkan bahwa
enzim mempunyai aktifitas biokimiawi sebagai katalis dalam tubuh oleh
perubahan suhu atau pH, aktifitas enzim akan mengalami perubahan, tiap enzim
mempunyai pH dan suhu tertentu yang menyebabkan aktifitas mencapai keadaan
optimum.
4.2.2. Pencernaan protein oleh Ekstrak Pankreas (EP)
Berdasarkan hasil praktikum Biokimia
dengan materi pencernaan protein oleh Ekstrak Pankreas (EP) diperoleh data sebagai
berikut :
Tabel 4. Pencernaan
Protein oleh Ekstrak Pankreas (EP)
Tabung
Reaksi
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi selama
30 menit
|
G
|
PTR + 2 mL EP + 1 ml air
|
(Negatif)
|
H
|
PTR + 2 mL EP + 1 ml NaOH
0,1 N
|
(Positif)
|
I
|
PTR + 2 mL EP Panas + 1 mL
NaOH 0,1 N
|
(Negatif)
|
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tabung G
negatif ditandai tabung berwarna keruh
karena di pengaruhi oleh EP.
EP tidak dapat bekerja pada suasana netral sehingga putih telur tidak terdegradasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi
(2006) yang
menyatakan bahwa protein dalam tubuh
dapat dicerna oleh EP dan ekstrak pankreas. Pencernaan
protein oleh EP bekerja apabila berada dalam suasana basa. Pada tabung H reaksinya
positif ditandai tabung berwarna bening, karena enzim bisa bekerja pada suasana basa. Hal ini sesuai
dengan pendapat Lehninger (2000) yang
menyatakan bahwa selain kerja enzim dipengaruhi oleh pH, kerja enzim juga
dipengaruhi oleh suhu. Tabung
I menghasilkan
reaksi negatif ditandai tabung berwarna keruh, karena enzim pada
EP sudah rusak akibat dipanaskan walaupun dalam keadaan basa. Hal ini sesuai
dengan pendapat Poedjiadi
(2007) yang menyatakan bahwa pencernaan protein oleh ekstrak pankreas paling
baik bekerja dalam suasana basa.
4.3. Pencernaan Lemak
4.3.1. Pencernaan lemak oleh Ekstrak Pankreas (EP)
Berdasarkan hasil praktikum Biokimia
dengan materi Pencernaan lemak oleh Ekstrak Pankreas (EP) di peroleh data sebagai
berikut :
Tabel 5. Hasil
Percobaan Lemak oleh Ekstrak Pankreas (EP)
Tabung
Reaksi
|
Reagen yang dimasukkan
|
Hasil Inkubasi
selama
30’
|
A
|
2 mL minyak goreng + 1 ml air
|
1 tetes NaOH
(Negatif)
|
B
|
2 mL minyak goreng + 1 ml air
|
10 tetes NaOH
(Negatif)
|
C
|
2 mL minyak goreng + 1 mL
air
+ 3 tetes empedu
|
20 tetes NaOH
(Positif)
|
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013
Berdasarkan
pada praktikum proses pencernaan lemak oleh ekstrak pankreas diperoleh bahwa
tabung reaksi A reaksinya negatif dan
membutuhkan 1 tetes NaOH
untuk membentuk warna merah muda. Hal ini terjadi karena pada tabung tersebut
tidak terdapat enzim pankreas yang dapat mengemulsi lemak. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ngili (2009) berpendapat bahwa garam empedu merupakan detergen
yang kuat dan mampu mengemulsikan lipid makanan didalam usus untuk membuat lipid
tersebut lebih mudah diserang oleh enzim pencernaan. Pada tabung reaksi
B reaksinya negatif dan membutuhkan 10 tetes NaOH karena tidak terdapat enzim pankreas yang
dapat mengemulsi lemak. Pada tabung reaksi reaksinya positif dan membutuhkan 20
tetes NaOH karena terdapat enzim lipase dan garam empedu sehingga semakin
banyak NaOH yang dibutuhkan menandakan lemak yang dibebaskan juga semakin
banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi (2006) bahwa pankreas dan
empedu memproduksi cairan yang mempunyai sifat basa. Oleh karena itu cairan
makanan yang bersifat asam akan
dinetralkan dan akhirnya bersifat basa. Suasana basa ini merupakan syarat
bekerjanya enzim-enzim yang menjadi katalis dalam proses pencernaan makanan dalam usus. Semakin banyak larutan NaOH
yang dibutuhkan untuk menetralisir, semakin banyak pula asam lemak yang dibebaskan.
4.4. Glikolisis oleh Sel Ragi
4.4.1. Glikolisis
oleh sel ragi
Berdasarkan
hasi praktikum Biokimia dengan materi Glikolisis oleh Sel Ragi diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel
6. Glikolisis oleh Sel Ragi
Tabung
Reaksi
|
Reagen yg dimasukan
|
Inkubasi selama 45’
|
1
|
10 mL glukosa + 10 mL ragi
|
Positif
|
2
|
10 mL air + 10 mL ragi
|
Negatif
|
3
|
10
mL glukosa + 10 ml ragi panas
|
Negatif
|
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Berdasarkan praktikum glikolisis oleh sel ragi pada
tabung 1 reaksinya positif. Hal ini di sebabkan karena pada perlakuan tersebut
terdapat glukosa yang dapat diserap sebagai nutrisi bagi mikroba dan reduksi
glikolisis tidak membutuhkan oksigen (anaerob). Hal ini sesuai dengan pendapat Dawn et al.,
(2000) yang menyatakan bahwa asam laktat oleh glikolisis tidak membutuhkan
oksigen (anaerob) dan proses ini terjadi di jaringan misalnya otot yang sedang
bekerja atau sel darah merah. Pada tabung 2 hasil reaksi adalah negatif karena
tidak terdapat gelembung dan tidak terjadi proses glikolisis, disebabkan hanya terdapat air, ragi, dan tidak
ada glukosa. Hal sesuai dengan pendapat Ngili (2009) yang menyatakan bahwa
glikolisis merupakan suatu proses yang menyebabkan terjadinya konversi satu
molekul glukosa menjadi dua molekul piruvat. Pada tabung 3 hasil reaksinya
yaitu negatif yang menunjukkan tidak terjadinya proses glikolisis karena adanya
ragi panas sehingga mikrobia yang berperan mati. Hal ini sesuai dengan pendapat
Winarno (2008) yang menyatakan bahwa pemanasan pada ragi menyebabkan sel-sel
yang berada dalam ragi mati sehingga ragi bersifat nonaktif.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum
bahwa pencernaan karbohidrat secara enzimatis terjadi sejak makanan masuk
kedalam mulut. Di dalam mulut terdapat enzim amilase yang mencerna karbohidrat menjadi senyawa-senyawa yang lebih
sederhana. Pencernaan protein dilakukan
oleh pepsin yang hanya dapat bekerja dalam suasana asam, sedangkan ekstrak
pankreas dapat mencerna protein dalam kondisi basa. Pencernaan pada protein
menghasilkan asam amino dan dipeptida. Pencernaan
lemak, lemak dapat terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol oleh
ekstrak pankreas (pankreaenzim) dan
dapat teremulsikan oleh getah empedu. Lemak tidak dapat larut dalam air dan hanya dapat larut dalam pelarut organik saja. Glikolisis pada sel ragi menunjukan reaksi positif apabila mengeluarkan
gelembung udara pada tabung leher angsa, karena mikroba pada ragi bereaksi
dengan glukosa terjadi penggelembungan menghasilkan CO2.
5.2. Saran
Saran
yang dapat diberikan ialah praktikan lebih berhati-hati dalam pengambilan
larutan kimia serta melakukan praktikum lebih teliti agar mendapatkan hasil
yang valid.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A, J. B. Reece.
L.G. Mitchell. 2002. Biologi. Jilid II Edisi Kelima.
Erlangga. Jakarta.
Dawn, M. 2000.
Biokimia Kedokteran Dasar. Erlangga. Jakarta
Hawab, H.
M. 2004. Pengantar Biokimia. Banyumedia
Publishing. Malang.
Iswari,
R.S dan A. Astuti.
2006. Biokimia.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
James, J. Colen, B. et al. 2008. Prinsip-Prinsip
Sains untuk Keperawatan. Erlangga. Jakarta.
Lehninger, A. 2000. Dasar-Dasar Biokimia
Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Martoharsono, S.
2006. Biokimia 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Murray, R. K. et al.,
2003. Biokimia Harper Edisi 25. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Ngili, Y. 2009. Biokimia Struktur dan Fungsi
Biomolekul. Graham Ilmu. Yogyakarta.
Nursanyoto, Hertog. 2002. Ilmu
Gizi. Golden Terayon Press. Jakarta.
Poedjiadi, A. dan Supriyanti. 2006.
Dasar-dasar Biokimia. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Poedjadi, A. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press.
Jakarta
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia.
Penerbit Buku Kedokteran EGT. Jakarta.
Yazid, E. 2006.
Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa. Yogyakarta.
Sloane, E. 2004. Anatomi
dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia. Jakarta.